Pulau Papua
Sekilas tentang Pulau Papua
Pulau yang eksotis ini terletak di ujung timur Indonesia. Ada banyak hal yang masih perlu digali lebih dalam tentang Papua. Selain tambang tembaga dan emas di pulau tersebut, ada banyak hal lain yang menarik untuk kita ketahui. Pulau ini memiliki historis perjuangan yang panjang dan melelahkan sampai-sampai militer harus tangan judi rtp. Perjuangan itu kita kenal dalam buku-buku sejarah sebagai Pembebasan irian Barat.
Provinsi ini memiliki luas 312.224,37 km2 dari total luas pulau 421.981 km2 dan berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini. Dulunya, wilayah ini dikenal dengan Irian Jaya untuk menyebutkan seluruh wilayah Pulau Papua. Namun sejak tahun 2003, Pulau ini terbagi menjadi dua provinsi, yakni Papua Barat di bagian barat dan Papua (saja) untuk bagian timur. Sehingga jika kita menyebut Papua, maka yang dimaksud adalah Provinsi Papua yang ada di bagian timur Pulau Papua. Provinsi Papua beribukota di Kota Jayapura.
Budaya di Pulau Papua
Ada beragam informasi yang kami dapatkan mengenai jumlah suku yang ada di Pulau papua, namun kebanyakan menyebutkan bahwa ada sekitar 466 suku yang hidup di sana. Mereka satu rumpun dengan penduduk pribumi Benua Australia, yaitu suku Aborigin. Di antara suku-suku yang ada di Papua yaitu suku Asmat, Biak, Nafri, Sentani, Kayu Batu/ Kayu Pulau, Tobati/ Enggros, Demta, Kaureh, Kimaghama, Maklew, dan lain-lain.
Dari beragam suku tersebut, terdapat lebih dari 270 bahasa yang ada di Pulau Papua. Sementara itu di bagian Papua Nugini, terdapat beragam suku pula dan disebutkan ada 800 bahasa di sana. Budaya yang ada di Papua meliputi tarian, rumah, upacara, dan pakaian adat.
Jenis Pakaian Adat Papua
Pakaian adat yang ada di Papua banyak ragamnya. Salah satunya adalah Koteka yang seringkali kita dengar karena banyaknya pemberitaan di acara-acara televisi dan berita. Selain Koteka, ada beberapa jenis pakaian adat Papua lainnya. Sebelum kita mempelajari apa saja jenisnya, ada baiknya kita mengetahui ciri-ciri pakaian adat Papua.
Sebagaimana yang kita ketahui, pakaian adat Papua belum terpengaruh oleh budaya luar sehingga masih sangat original domino88 genuine, benar-benar masih asli. Pakaian adat Papua mengisyaratkan bahwa penduduknya hidup berdampingan dengan alam sekitar. Keunikan pakaian adat Papua tersebut menjadikan pakaian adat mereka dikenal di Indonesia dan dunia internasional.
Di bawah ini merupakan jenis-jenis pakaian adat Papua.
1. Koteka
Koteka terbuat dari bahan kulit labu air yang telah dihilangkan biji dan buahnya. Labu air yang dipilih harus yang sudah tua karena labu yang tua jika dikeringkan mempunyai tekstur yang keras dan awet. Labu tua tersebut ditanam di dalam pasir atau tanah kemudian dibakar agar lebih mudah untuk mengeluarkan biji dan buahnya. Setelah berhasil dikeluarkan biji dan buahnya, labu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di atas perapian.
Bentuknya panjang seperti selongsong dan ujungnya meruncing seperti kerucut atau lebih mirip batang buah wortel. Di bagian ujung koteka diberi bulu ayam hutan atau bulu burung.
Koteka dipakaikan ke bagian vital pria. Agar tidak mudah lepas, di kiri dan kanannya terdapat tali agar koteka dapat melilitkan tali tersebut ke bagian pinggang penggunanya. Bagi laki-laki yang masih perjaka, koteka dipakai dengan posisi tegak lurus ke atas. Sementara bagi laki-laki yang memakai koteka dengan posisi ke atas dan miring ke kanan, melambangkan kejantanan dan memiliki status sosial yang tinggi ataupun kebangsawanan.
Anggapan umum yang beredar mengatakan bahwa ukuran, baik panjang dan besar, koteka melambangkan status pemakainya. Namun pada kenyataannya bukanlah demikian. Ukuran koteka dipilih berdasarkan aktivitas apa yang sedang dilakukan.
Koteka pendek digunakan saat mereka bekerja dan aktivitas sehari-hari seperti bercocok tanam, berburu, dan beternak. Sedangkan untuk acara-acara adat, mereka menggunakan koteka yang berukuran panjang.
Koteka yang dipakai oleh suku satu bisa berbeda dengan koteka yang dipakai oleh suku lain. Misalnya koteka yang digunakan suku Yali, mereka lebih menyukai bentuk labu yang panjang. Sementara itu ada suku lain, sebut saja suku Triom biasanya memakai koteka yang berbentuk dua labu.
Pada tahun 1950, penduduk pribumi Papua mendapatkan kunjungan sosialisasi penggunaan celana pendek. Kampanye ini bertujuan untuk mengganti peran koteka agar dapat menutupi bagian vital pria lebih menyeluruh.
Kampanye tersebut memerlukan perjuangan yang panjang dan tidak mudah. Penduduk yang ada di Lembah Baliem contohnya, Suku Dhani, terkadang menggunakan celana pendek, namun di saat yang lain mempertahankan koteka.
Secara perlahan penggunaan koteka dibatasi, terlebih penggunaan di tempat-tempat umum yang dapat dilihat oleh banyak orang misalnya di sekolah, di terminal, di kantor, dan lain-lain. Beberapa waktu lalu, viral berita dilarangnya penggunaan koteka di ruang sidang pengadilan. Keberadaan koteka di zaman ini lebih sering diperjualbelikan untuk cinderamata.
Penggunaan koteka masih banyak dijumpai di wilayah pegunungan, seperti Wamena. Jika ada wisatawan yang berfoto dengan penduduk yang menggunakan koteka, biasanya perlu membayar beberapa puluh ribu sesuai kesepakatan.
Pembatasan koteka ini dimulai tahun 1964 sejak dimulainya kampanye antikoteka. Kemudian pada tahun 1971, diadakan distribusi pakaian dan celana untuk penduduk di sana. Sayangnya distribusi tersebut tidak dibarengi dengan pemberian sabun cuci baju, sehingga baju dan celana yang sudah dipakai menjadi kotor dan tidak pernah dicuci. Akibatnya, banyak penduduk Papua yang terkena penyakit kulit.
2. Baju Kurung
Kombinasi baju kurung, rok rumbai, dan hiasan rumbai bulu biasanya ditambahkan beberapa perlengkapan lain agar tampak lebih serasi. Adanya gelang dan kalung yang terbuat dari biji-bijian yang keras dan penutup kepala yang terbuat dari bulu burung.
3. Rok Rumbai
Rok rumbai biasanya digunakan oleh penduduk di wilayah pegunungan tengah atau dekat pesisir pantai. Beberapa kelompok yang masih menggunakan rok rumbai ini adalah Yapen, Sentani, Enjros, Nafri, Biak Numfor, dan Tobati.
Meski pada umumnya rok digunakan oleh wanita, namun beberapa pria di Papua juga mengenakan rok berumbai-rumbai ini pada saat diadakan acara adat. Meski tidak begitu banyak, Grameds tidak perlu terkejut sewaktu domino88 saat berkunjung ke Papua.
Cara penggunaan rok rumbai untuk wanita dan pria berbeda. Jika seorang pria mengenakan rok rumbai, maka dia tidak mengenakan baju kurung seperti wanita. Jika seorang pria mengenakan koteka, biasanya wanita mengenakan rok rumbai tanpa baju kurung. Bagian tubuh atas mereka disamarkan oleh tato bermotif flora dan fauna yang tintanya terbuat dari bahan alami.
4. Pakaian Sali
Untuk mengenali seorang gadis masih lajang atau sudah menikah, bisa dikenali dengan pakaian yang dikenakan. Pakaian Sali merupakan pakaian yang hanya boleh digunakan oleh para gadis. Baju Sali ini dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Wanita yang sudah menikah tidak diperbolehkan memakaian pakaian adat ini.
Grameds tidak akan mengira bahwa pakaian ini terbuat dari kulit pohon pilihan atau daun sagu yang kering. Salah satu kriterianya kulit pohon harus berwarna coklat supaya pakaian yang dihasilkan tampak sempurna, menarik, dan sedap dipandang. Karena jika dilihat sekilas, pakaian adat ini tampak seperti kain jahitan saat dipakai oleh para gadis Papua.
Sali digunakan dengan cara melilitkannya ke bagian tubuh dan diatur agar bagian dalam lebih panjang dibandingkan bagian luar.
Komentar
Posting Komentar